Hukum Menikahi
Pezina
Ada dua pendapat Ulama’ mengenai
masalah ini:
1.
haram,
pendapat ini dikemukakan oleh Ali, Al-Barra’, Aisyah, Ibnu Mas’ud.
2.
boleh,
pendapat ini dikemukakan oleh Abu Bakar, Umar, Ibnu Abbas. ini adalah pendapat jumhur.
hal ini juga sependapat dengan aimmatul mujtahidin (Imam Syafi’i,
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad).
Dalil pendapat yang pertama:
ٱلزَّانِي
لَا يَنكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوۡ مُشۡرِكَةٗ وَٱلزَّانِيَةُ لَا
يَنكِحُهَآ إِلَّا زَانٍ أَوۡ مُشۡرِكٞۚ …
Artinya: Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan
yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak
dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik.
Ayat ini secara dhahir adalah kalam khobar (memberi kabar),
tapi subtansinya adalah nahi (larangan) dan haram dengan dalil lanjutan ayat di
atas:
وَحُرِّمَ
ذَٰلِكَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٣
Artinya: dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang
mukmin
Sayyidina Ali pernah berkata: apabila seorang laki-laki berzina maka
dipisahkan antara dia dan istrinya begitupun sebaliknhya.
Mereka juga berpedoman pada consensus
Di masa Rasulullah dimana
seorang sahabat bernama Martsad Bin Abi Martsad Al-Ghanawy meminta idzin pada
rasulullah untuk menikahi perempuan pelacur bernama ‘Anaq kemudian rasulullah diam
sampai turunya ayat di atas kemudian Rasulullah melarangnya.
Adapun dalil dari pendapat jumhur adalah:
حديث عائيشة ان
الرسول سئل عن رجل زنى بامرأة واراد ان يتزوجها فقال: اوله سفاح وآخره نكاح،
والحرام لا يحرم الحلال
Hadis Aisyah bahwa rasulullah ditanya tentang seorang laki-laki
yang berzina dengan seorang perempuan dan ia ingin menikahinya. Maka rasulullah
berkata: Awalnya pelacur dan diakhiri dengan nikah, sesuatu yang haram tidak
mengharamkan yang halal.
ما روي عن ابن عمر
أنه قال: بينما ابو بكرالصديق في المسجد اذ جاء رجل فلاث عليه لوثا من كلام وهو
دهش فقال لعمر: قم فانظر في شئنه فإن له شئنا، فقام اليه عمر فقال: ان ضيفا ضافه
فزنى بابنته، فضرب عمر في صدره وقال: قبحك الله ألاسترت على ابنتك؟ فأمر بهما
أبوبكرفضرب الحد، ثم زوج أحدهماالآخر وغربهما حولا.
Setelah kedua pezina dihad (sanksi) maka dinikahkan dan diasingkan
selama satu tahun.
وروي عن ابن عباس أنه
سئل عن ذلك فقال: اوله سفاح وأخره نكاح، ومثل ذلك كمثل رجل سرق من حائط ثمره، ثم
أتى صاحب البستان فاشترى منه ثمره، فما سرق حرام،وما اشترى حلال.
Diriwayatkan dari ibnu Abbas bahwa beliau ditanya tentang
permasalahan pernikahan pezina dan beliau menjawab: Awalnya pelacur dan
diakhiri dengan nikah, perumpamaan hal tersebut seperti seorang yang mencuri
وتأولو الاية الكريمة
(الزاني لاينكح الازانية) بأنها محمولة على الأعم والأغلب ومعنهاان الفاسق الخبيث
الذي من شئنه الزني والفسق لايرغب في نكاح المؤمنة الصالحة من النساء وانما يرغب
في فسيقة خبيثة مثله اوفي مشركة، والفاسقةالخبيثة لايرغب في نكاحها الصالح المؤمن من الرجال وانما يرغب فيها
الذي هو من جنسها من الفسقة والمشركين
فهذا على الأعم الأغلب.
وقال بعضهم: إن الآية
منسوخة نسختها الآية في سورة النور: (وانكحواالأيمى منكم) والزانية ((من الأيامى))
مفصلا إن شاءالله فارجع اليه هناك والله يتولاك.
Mayoritas ulama mentakwilkan ayat (الزاني لاينكح الازانية)
bahwa ayat tersebut diarahkan atas keumuman dan kebiasaan, artinya
pada u
mumnya (kebiasaanya) seorang yang fasiq (pelaku zina) hanya menyukai
pada orang yang serupa dengannya ( fasiq dan musrik), inilah yang dimaksud
dengan umum dan kebiasaan (kaprah).
Dan sebagian dari ulama berkata: sesungguhnya ayat ini dinasakh
dengan ayat lain yaitu ayat (وانكحواالأيمى منكم).
Refrensi:
kitab Ayatul Ahkam karya syaikh Muhammad Ali ‘As-sobuni. Juz 2 Muhadharah
pertama.